Saat ini, masyarakat Bandung dan Jakarta sedang menanti-nanti kereta cepat Jakarta-Bandung yang groundbreaking alias peletakan batu pertamanya dilakukan Presiden Jokowi pada Kamis (21/1/2016) lalu. Berbagai harapan pun dilambungkan kepada kereta cepat yang digadang-gadang akan mampu menempuh perjalanan antara Jakarta dan Bandung hanya dalam tempo sekitar 36 menit ini. Di antaranya adalah meningkatkan kegiatan ekonomi dan pariwisata antara Jakarta dan Jawa Barat.
Namun, selama menunggu kehadiran kereta supermodern itu beroperasi, ada baiknya kita pun sedikit menoleh ke belakang dan menyusuri sedikit tempat bersejarah perkeretaapian di Tanah Air. Salah satunya dengan menengok jalur kereta api bersejarah Banjar-Cijulang atau dikenal pula dengan sebutan jalur Banci, yang menghubungkan Stasiun Banjar dan Stasiun Cijulang. Kini, jalur ini telah mati alias tidak digunakan lagi sejak tahun 1981 karena tingginya biaya operasional dan tidak begitu menguntungkan.
Empat Terowongan
Di jalur yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini, ada empat terowongan, yaitu Terowongan Batulawang, Terowongan Hendrik, Terowongan Juliana, dan yang paling terkenal adalah Terowongan Wilhelmina yang dianggap sebagai terowongan terpanjang di Indonesia, yaitu sepanjang 1.116 meter.
Di jalur yang dibangun pada masa kolonial Belanda ini, ada empat terowongan, yaitu Terowongan Batulawang, Terowongan Hendrik, Terowongan Juliana, dan yang paling terkenal adalah Terowongan Wilhelmina yang dianggap sebagai terowongan terpanjang di Indonesia, yaitu sepanjang 1.116 meter.
Dari banyaknya terowongan di jalur ini, bisa ditebak begitu banyak bukit yang ada di sepanjang jalur ini. Memang demikianlah adanya. Jalur ini memiliki kontur yang berbukit-bukit, berkarang, dan hamparan lembah. Pemerintah Hindia Belanda pada masa lalu begitu banyak mengeluarkan biaya, tenaga, dan nyawa untuk membangun jalur sepanjang 82 kilometer ini. Namun, kepentingan ekonomi yang lebih menggiurkan membuat pembangunan ini terus dipaksakan.
Pada masa lalu, wilayah Banjar dan sekitarnya merupakan daerah perkebunan dan pertanian yang memiliki hasil panen melimpah. Semua hasil panen itu memerlukan sarana transportasi untuk dapat didistribusikan ke luar daerah sehingga menggerakkan roda ekonomi. Maka, pemerintah Hindia-Belanda pun memerintahkan perusahaan kereta api Staats Spoorwagen (SS) untuk membangun jalur ini.
Lebih dari 1 Km
Salah satu titik yang paling terkenal dan kerap dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara adalah Terowongan Wilhelmina di Desa Empak dan Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Terowongan yang namanya diambil dari bekas Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Maria ini memang fenomenal karena panjangnya mencapai 1,116 kilometer, dibangun menembus bukit kapur pada 1914 dan mulai digunakan pada 1 Januari 1921.
Salah satu titik yang paling terkenal dan kerap dikunjungi wisatawan lokal dan mancanegara adalah Terowongan Wilhelmina di Desa Empak dan Bagolo, Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Terowongan yang namanya diambil dari bekas Ratu Kerajaan Belanda, Wilhelmina Helena Pauline Maria ini memang fenomenal karena panjangnya mencapai 1,116 kilometer, dibangun menembus bukit kapur pada 1914 dan mulai digunakan pada 1 Januari 1921.
Panjangnya bukit kapur yang harus diterobos untuk membuat terowongan ini nyaris membuat putus asa dan dibatalkan. Ketiadaan tenaga ahli dan banyaknya pekerja yang mati, membuat penggalian terowongan sempat terhenti. Namun demi kemajuan ekonomi, pembangunannya tetap dilanjutkan hingga selesai.
Karena jalur Banjar-Cijulang sudah tidak digunakan lagi, Terowongan Wilhelmina kini juga telantar dan tidak terurus. Dinding-dindingnya berlumut dan dasarnya tergenang air yang menetes dari retakan-retakan dindingnya.
Salah satu saksi bisu sejarah Indonesia ini kini termangu menunggu revitalisasi dan pengoperasian jalur Banjar-Cijulang. Sempat beberapa kali ada wacana dan usaha untuk kembali menghidupkan jalur ini, namun kembali surut karena beberapa kendala, seperti biaya investasi yang tinggi. Padahal bila kembali dioperasikan, jalur ini juga bisa menjadi alternatif lain bagi wisatawan untuk mencapai Pangandaran.
Meski tidak dioperasikan lagi sebagai sarana transportasi, jalur kereta api Banjar-Cijulang tetap memiliki potensi lain yang layak untuk dikembangkan, yakni potensi wisata sejarah. Beberapa wisatawan --lokal maupun mancanegara-- kerap mengunjungi tempat-tempat spesial di jalur ini, seperti Terowongan Wilhelmina dan jembatan Cikacepit sepanjang 290 meter dengan tinggi 100 meter. Selain dekat dengan objek wisata Pangandaran dan Cijulang, jalur ini pun memiliki pemandangan yang menawan dengan lembah-lembahnya yang hijau, bukit kapur dan batu karang, dan pemandangan pantai di kejauhan.
0 komentar:
Post a Comment